Ini hari yang kelam pada 21 tahun yang lalu. Ketika, kekuasaan dengan sewenang-wenang memberangus sebuah partai, dengan politik devide et empera. Bahkan, demi mengukuhkan kekuasaan yang dimilikinya, sang presiden yang juga punya partai berkuasa tidak segan-segan memakai tangan militer.
Tragis, saya membayangkan keadaan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat ketika itu. Bagaimana anak-anak muda PRD diburu dan didakwa paksa menjadi tersangka, kambing hitam dari sesuatu yang bisa jadi mereka tidak terlalu mengerti dasar apa mereka didakwa.
Tapi itulah watak kekuasaan yang menurut Barbara Goodwin, ‘sebagai cara memperlakukan orang sesuai dengan kehendaknya’. Karena, perintah bapak presiden yang tidak ingin kekuasaan diri dan partainya terganggu, maka mereka yang punya potensi mengganggu baik tokoh partai dan partai itu sendiri juga harus dihabisi, termasuk para anak-anak muda yang masih punya semangat revolusi.
Aneh, saya membaca berita hari ini. Ketika zaman berganti dan partai yang dulu dihabisi kini berkuasa dan petugas partainya jadi presiden, justru begitu begitu mesra dan saling bela dengan orang-orang partai yang dahulu menghabisi partainya sendiri.
Begitu juga, sebahagian tokoh PRD yang dahulu di buru-buru, bisa duduk manis bersama orang-orang partai masa lalu itu yang dulu memburu mereka.Apakah para politisi itu lupa tentang Jas Merah sejarah?
Ah, mungkin mereka semua sedang amnesia, karena semakin lama watak sang penguasa masa lalu, semakin ditiru langkah dan tidak tanduknya oleh petugas partai dan orang-orang partai yang kini berkuasa. Maka merugilah, mereka yang sekedar menjadi kayu bakar kekuasaan, jadi arang terlupakan dan terbuang…
Selamat siang, karena ini kamis yang terang bukan sabtu yang kelabu